Langsung ke konten utama

Hey Coach 💨

Aku gak ada kefikiran bisa kenal sama orang ini. Tapi aku tau dia udah bertahun-tahun yang lalu, karena mirip sama orang yang aku kenal dan ternyata slah satu pelatih basket di kampus. Kita berteman disalah satu sosial media, awalnya sih biasa saling komentarin postingan lewat DM. Dan suatu ketika kita pas lagi tebak-tebakan, gak nyangka banget dia ngasih hadiahnya nonton berdua? hmmmmm aku rada bisa langsung mau ajakan dia, soalnya pertama emang aku udah tau dia lama dan kedua postingan-postingan dia soal islami yang membuat aku percaya aja kalau jalan sama dia..

Hari pertama kita ketemu, sedikit grogi pasti lah ya.. Pas dah sampe tempat bioskop nih bannya bocor coba kita nyari tambal ban dan nemu dipinggir jalan terus kita duduk-duduk diemperan toko gitu.. Yah lalu kita nonton (agak anehnya dia udah berani duduk mepet dan ngajakin selfie hmm). Tapi selebihnya sih kita asik aja, merasa kaya udah kenal lama canggung cuma diawal.. Dilanjutkan makan deket kampus, dan karna masih banyak porsinya jadi yah aku bagi ke dia hahahaha

Selanjutnya kita lanjut di chatingan, hari ketiga aku makan nih deket kampus sama temen kost.. dannnnn tiba-tiba dia nyusulin coba weeeww terus aku difoto trs dikirimin ke temennya yg aku kenal jg..

Seterusnya kita semakin kenal sering chatingan, sering ketemu, nyubitin pipilah, gombaalin.. end theennn dia bilang mau ngajak aku nikah 😐 aku agak shock sih soalnya kan emg baru kenal dan aku pengen jg tapi belum siap, aku jg tau ortu pasti klo dalam waktu dekat aku blm boleh nikah wong ya aku belum lulus kuliah..

Akhirnya aku ngomong sm dia, kalau aku pengen bahagiain ortu dulu.. sesuai harapan mereka lalu aku bahagiain diriku, awalnya iya iya aja ehh lama-lama dia agak nolak buat lama-lama nikah karena memang nikah gak boleh ditunda-tunda.. Terus aku harus gimana cobaa? Aku juga diposisi yg sulit, orangtuaku keras.. Jadi aku udah feeling bakalan gimana kalau aku minta nikah. Aku pengen lulus sehabis itu baru aku bilang ke orangtua.. dan aku gak ada yang jaim sama dia, keburukaku udah aku lihatin ke dia biar dia juga gak nglihat baiknya aku doang. Awalnya nerima tapi lama-lama dia seperti menuntutku untuk menjadi apa yang dia minta jika tidak akan ditinggalkan.

Walaupun dia pengen nikah cepet, tapi dia tetep deketin aku dan posisi aku udah nyaman banget sama dia. Lambat laun, dia mulai agak cuek bilangnyaa ada masalah kerjaan. Aku iyain, berjalan kurang lebih dua mingguan.. kita berantem, karena beda pendapat. aku sebenernya gak ngajak debat tapi care ke dia, sebenernya terserah mau nerima pendapatku atau engga tapi dia udah terlanjur marah..

Keesokan harinya dia bilang untuk gak boleh ngehubungin dia dulu sampai masalahnya selese. Aku ketemu dia, tapi kita gak saling menyapa dan pura-pura tidak tahu.. Aku seperti memandangnya dari kejauhan, aku bingung harus gimana. Dia gak ngasih kepastian apapun, gak ngomong apapun tapi selalu muncul jadi orang yang melihat posingan-postinganku. Aku nunggu hampir sebulan, aku bikin postingan tentang dia buat mancing sebenernya biar dia ngomong..  Akhirnya dia ngomong yang intinya "Dia mau berhijrah, kita belum sah untuk saling merindukan, hapus foto kita berdua, kamu fokus bahagiain orangtuamu dulu"

Apakah selalu begini kisahku?
Didekati, diambil hatinya, lalu ditinggalkan? 
Lucu yah 😄

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How the Other Half Lives

      Lord Manners was a rich and famous banker. When he died, he was given a magnificent funeral which was attended by hundreds of famous people. The funeral was going to be held in Westminster Abbey. Many ordinary people lined the streets to watch the procession. The wonderful black and gold carriage was drawn by six black horses. The mourners followed in silence. Lord Manners was given a royal farewell. Two tramps were among the crowd. They watched the procession with amazement. As solemn music could be heard in the distance, one of them turned to the other and whisper in admiration, "Now that's what I call really living!"

The Mystery of the Talking Shoe

     Tracy Evans didn't have to be at work till ten, so she ignored her alarm clock. But she woke up with a start when she heard a stange sound coming from her wardrobe. What was it? It must have been a mouse, Tracy thought. No, it can't have been. She knew there were no mice in her room. I must be careful, Tracy said to herself as she opened the wardrobe. There, in front or her, was the lovely pair of wedge-shaped sandals she had bought the day before. Then she heard the sound again. "It must be Coming from my sandals!" she cried. She picked them up and, sure enough, one of them was "talking". Tracy had to be at work at ten, but she still had enough tome to visit Mr.Lucas, her shoemaker. He removed the wooden heel and they were both amazed to see a white larva eating the wood. Mr.Pope, of the Natural History Museum, solved the mystery. "These shoes must have been imported from brazil. An insect must have laid its eggs in the tree from which the shoes

Who has the last say?

Some people are always saying that they don't built cars as they used to be. What nonsense! I walked round the beautiful new Ferrari again, admiring its lines, when my thoughts were rudely interrupted. "Will you be here long?" a voice asked sharply. "I haven't made up my mind yet," I said, loolking up at a sour-faced traffic warden. "Well, you can't stop here," he told me "Who says so?" I asked him cheekily. "I said so," he said to me. "It says here," he added, "in case you can't read. "No, waiting"." "You read very well. Go to the top of the class! I told him, "but I'll make my own decisions." "oh, will you?" the traffic warden asked. "Then so will I and I've decided to give you a ticket, " he said to me with relish as he began filling out a form. "Go, ahead,"I told him."This car doesn't belong to me anyway. I